Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Bagian 1, Sang Pecinta

12 Juni 2022, 15:30 WIB
Bung Karno penyambung lidah rakyat otobiografi pahlawan proklamator //Buku Perpustakaan Indonesia

RINGTIMES SITUBONDO – Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia merupakan salah satu buku otobiografi pahlawan revolusi, yang ditulis oleh seorang jurnalis berkebangsaan Amerika Serikat yakni Cindy Adamas.

Dalam buku tersebut mengisahkan seorang pahlawan Proklamator yakni Ir. Soekarno atau lebih dikel Bung Karno.

Pada bab pertama , kita akan disuguhkan mengenai diri atau sifat seorang Bung Karno yang selayaknya seperti laki-laki pada umumnya.

Ditulis dalam buku tersebut bahwa Bung Karno merupakan seorang pencinta terhadap segala hal, terutama kepada seorang wanita.

Baca Juga: Mengenal Haiku, Karya Sastra asal Jepang yang Banyak Ditulis Penyair Banjar

“Tjara jang paling mudah untuk melukiskan tentang diri Sukarno ialah dengan menamakannja seorang jang maha-pentjinta.Ia mentjintai negerinja, ia mentjintai rakjatnja, ia mentjintai wanita, ia mentjintai seni dan melebihi daripada segala-galanya ia tjinta kepada dirinya sendiri”.

Dengan tata Bahasa lama, Cindy Adams berhasil mengemas kisah Bung Karno dengan pembawaan yang cukup apik.

Sejak awal Bung Karno sangat menyukai Panorama dan pemandangan indah .

Dan juga terlihat bahwa Bung Karno sangat menjunjung perbedaan Ras, Suku, Agama, dan Warna Kulit.

Baca Juga: 6 Rekomendasi Buku Kesehatan Mental Terpopuler yang Dibaca Para Ahli Kejiwaan

“Sukarno adalah seorang manusia perasaan. Seorang pengagum. Ia menarik napas pandjang apabila menjaksikan pemandangan jang indah. Djiwanja bergetar memandangi matahari terbenam di Indonesia. Ia menangis dikala menjanjikan lagu spirituil orang negro.”

Jiwa seni telah melekat jauh dalam diri Bung Karno, menurutnya jika tidak memiliki darah seni tidak mungkin dirinya bisa menjadi pemimpin.

Dan merebut kembali kekuasan yang telah lama dibawah penjajahan Belanda.

Baca Juga: 3 Rekomendasi Novel Favorit Sepanjang Masa, Salah Satunya Karya Penulis Legendaris

“Orang mengatakan bahwa Presiden Republik Indonesia terlalu banjak memiliki darah seorang seniman."Akan tetapi aku bersjukur kepada Jang Maha Pentjipta, karena aku dilahirkan dengan perasaan halus dan darah seni. Kalau tidak demikian, bagaimana aku bisa mendjadi Pemimpin Besar Revolusi, sebagairnana 105 djuta rakjat menjebutku ? Kalau tidak demikian, bagairnana aku bisa memimpin bangsaku untuk merebut kembali kemerdekaan dan hak-azasinja, setelah tiga setengah abad dibawan pendjadjahan Belanda? Kalau tidak demikian bagaimana aku bisa mengobarkan suatu revolusi ditahun 1945 dan mentjiptakan suatu Negara Indonesia jang bersatu, jang terdiri dari pulau Djawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku dan bagian lain dari Hindia Belanda ?”.***

Editor: Suci Arin Annisa

Tags

Terkini

Terpopuler