Bung Karno Pahlawan Proklamator dan Pemimpin yang Banyak Dicaci dan Dimaki Rakyatnya

- 13 Juni 2022, 19:00 WIB
Bung Karno Pahlawan Proklamator yang Banyak Dicaci dan Dimaki Rakyatnya
Bung Karno Pahlawan Proklamator yang Banyak Dicaci dan Dimaki Rakyatnya / /Antara Foto/M Ibnu Chazar/

RINGTIMES SITUBONDO – Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat, pada Bab 1 Bagian 4 ini anda akan disajikan mengenai polemik batin seorang pemimpin.

Bung Karno menceritakan bahwa, dirinya merupakan seorang manusia biasah yang juga ingin diperlakukan selayaknya manusia.

Cacian dan makian banyak dilontarkan kepada Bung Karno, entah sebab apa banyak dari Masyarakat yang tidak setuju dengan keputusanya.

Dan cara terbaik seorang Bung Karno untuk melupakan semua masalah yang terjadi adalah dengan berjalan mengelilingi istana kepresidenenan pada sore hari.

Baca Juga: Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat 'Aku Membaca Setiap Malam dan Aku Berpikir Setiap Malam'

Berikut ini kutipan teks selanjutnya.

“Aku bukan manusia jang tidak mempunjai kesalahan. Setiap machluk membuat kesalahan. Dihari-hari keramat aku minta ma'af kepada rakjatku dimuka umum atas kesalahan jang kutahu telah kuperbuat, dan atas kekeliruan-kekeliruan jang tidak kusadari. Barangkali suatu kesalahanku ialah, bahwa aku selalu mengedjar suatu tjita-tjita dan bukan persoalan-persoalan jang dingin. Aku tetap mentjoba untuk menundukkan keadaan atau mentjiptakan lagi keadaan-keadaan, sehingga ia dapat dipakai sebagai djalan untuk mentjapai apa jang sedang dikedjar. Hasilnja, sekalipun aku berusaha begitu keras bagi rakjatku, aku mendjadi korban dari serangan-serangan jang djahat.”

“Orang bertanja, "Sukarno, apakah engkau tidak merasa tersinggung bila orang mengeritikmu ?" Sudah tentu aku merasa tersinggung. Aku bentji dimaki orang. Bukankah aku bersifat manusia seperti djuga setiap manusia lainnja ? Bahkan kalau engkau melukai seorang Kepala Negara, ia akan lemah. Tentu aku ingin disenangi orang. Aku mempunjai ego. Itu kuakui. Tapi tak seorangpun tanpa ego dapat menjatukan 10.000 pulau-pulau mendjadi satu Kebangsaan. Dan aku angkuh. Siapa pula jang tidak angkuh ? Bukankah setiap orang jang membatja buku ini ingin mendapat pudjian ?”

Baca Juga: Bung Karno: Berilah Aku Pisang yang Keluar Dari Lubuk Hatimu, Maka Kucintai Kamu Selama-Lamnya

“Aku teringat akan suatu hari, ketika aku menghadapi dua buah laporan jang bertentangan tentang diriku. Kadang-kadang seorang Kepala Pemerintahan tidak tahu, mana jang harus dipertjajainja. Jang pertama berasal dari madjalah "Look". "Look" menjatakan, bahwa rakjat Indonesia semua menentangku. Madjalah ini memuat sebuah tulisan mengenai seorang tukang betja jang mengatakan seakan-akan segala sesuatu di Indonesia sangat menjedihkan keadaannja dan orang-orang kampungpun sekarang sudah muak terhadap Sukarno.”

Halaman:

Editor: Suci Arin Annisa


Tags

Terkait

Terkini

x