Rusia Tuding Amerika Serikat Jadikan Ukraina Pengganti Afghanistan, Akankah Bernasib Sama?

- 2 April 2022, 17:36 WIB
Ilustrasi dampak perang di Ukraina. Menlu Rusia, Sergey Lavrov menyebut Amerika Serikat jadikan Ukraina pengganti Afghanistan.
Ilustrasi dampak perang di Ukraina. Menlu Rusia, Sergey Lavrov menyebut Amerika Serikat jadikan Ukraina pengganti Afghanistan. /Pexels/Алесь Усцінаў//

RINGTIMES SITUBONDO - Menjelang pertemuan dengan sejumlah negara, Sergey Lavrov, Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia tuding Amerika Serikat jadikan Ukraina pengganti Afghanistan sebagai pusat politik dunia.

Seperti yang kita ketahui, sebelum Afghanistan jatuh ke tangan Taliban, negara tersebut menjadi pusat perang yang juga melibatkan sejumlah ‘pemain’ Internasional, termasuk negara Barat dan Amerika Serikat.

Hingga setelah dua dekade perang berlangsung, Barat dan AS menarik pasukannya keluar dari Afghanistan dan menjadi kemenangan bagi Taliban.

Baca Juga: Inggris Diprediksi Alami Krisis Pasokan Gas Dampak ‘Perang Total’ ke Rusia, Kremlin: Inilah Efek Sampingnya

Kini konflik yang hampir sama juga terjadi di Ukraina, dimana Amerika Serikat dan Barat kembali terlibat dengan memberlakukan banyak sanksi kepada Rusia atas tindakannya.

Dikutip Ringtimes Situbondo dari Pikiran-Rakyat.com berjudul Amerika Serikat Terseret, Rusia Sebut Ukraina Bakal Bernasib Sama Seperti Afghanistan

Menteri Luar Negeri (Menlu) Rusia, Sergey Lavrov membeberkan, Barat berusaha menjadikan Ukraina sebagai 'Afghanistan kedua' dan mungkin akan bernasib sama dengan negara yang kini diduduki oleh Taliban.

Pernyataan tersebut dilontarkannya saat bertemu dengan Menlu Pakistan, Makhdoom Shah Mahmood Qureshi di China pada Rabu, 30 Maret 2022.

"Mereka (AS) mencoba menjadikan Afghanistan sebagai pusat politik dunia sekarang mencoba menggantikan Afghanistan dengan Ukraina," katanya dikutip dari RT.com.

Baca Juga: Menlu Rusia Tuding Barat Ingin Jadikan Ukraina Seperti Afghanistan Kedua

Mereka bertemu jelang pertemuan puncak mengenai situasi di negara Asia Tengah, yang akan berlangsung pada Kamis, 31 Maret 2022 di Kota Tunxi, China.

Rencananya, pertemuan tersebut akan dihadiri sejumlah negara, termasuk China, Rusia, Amerika Serikat (AS), dan negara lainnya.

Sejak tahun 1978, Afghanistan telah menjadi tempat terjadinya banyak perang, dengan sejumlah 'pemain' internasional yang terlibat.

Setelah dua dekade, pasukan AS dan negara Barat lainnya meninggalkan Kabul pada tahun lalu. Alhasil, Afghanistan kini jatuh ke tangan Taliban.

Sementara itu, China menempatkan diri pada posisi 'netral' dalam konflik Rusia dan Ukraina.

Baca Juga: Soundtrack Piala Dunia 2022 Qatar FIFA Resmi Dirilis, Padukan Penyanyi dari Tiga Negara

Kendati kerap menyuarakan dukungan untuk kedaulatan Ukraina, China enggan mengutuk serangan yang dilancarkan Rusia ke negara itu.

Dalam sebuah wawancara pada pekan ini, Wang Yi mengatakan bahwa perang maupun sanksi bukanlah solusi yang baik.

Presiden Rusia, Vladimir Putin memerintahkan pasukannya untuk melakukan operasi militer ke Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.

Rusia menuntut Ukraina agar menyatakan diri sebagai negara netral yang tidak akan bergabung dengan blok militer NATO yang dipimpin AS.

Sebagai gantinya, negara-negara Barat mengecam langkah yang ditempuh Vladimir Putin dengan menjatuhkan berbagai sanksi kepada Rusia.***(Elfrida Chania S./Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Suci Arin Annisa

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkait

Terkini