Kenali Gejala dan Dampak Stress Eating, Makan Berlebihan saat Emosi Tidak Stabil

- 23 April 2022, 03:30 WIB
Ilustrasi. Gejala dan dampak dari stress eating, dimana seseorang cenderung makan berlebihan saat kondisi emosionalnya tidak stabil.
Ilustrasi. Gejala dan dampak dari stress eating, dimana seseorang cenderung makan berlebihan saat kondisi emosionalnya tidak stabil. /Unsplash/Artem Labunsky//
  1. Mendatangkan Malapetaka pada Pencernaan

Untuk membantu mempersiapkan tubuh Anda menangani stres, kortisol memprioritaskan fungsi yang berorientasi pada metabolisme dalam tubuh, seperti meningkatkan kadar gula dalam darah sehingga otak memiliki lebih banyak energi yang tersedia untuk digunakan.

Baca Juga: 5 Tips Mengatasi Stres Saat Haid, Salah Satunya Hindari Minum Kopi

"Ketika usus menerima aliran darah yang lebih sedikit karena keadaan stres, maka pencernaan melambat," ujar Dr. Saltz.

Hal tersebut dapat membatasi kemampuan saluran gastrointestinal untuk memindahkan dan memproses makanan secara efisien. Itu sebabnya makan stres dapat membuat tubuh merasa tertekan dan menyebabkan ketidaknyamanan perut seperti mual, sembelit, dan kembung.

Meskipun menghilangkan stres tidak membantu masalah perut, mungkin ada baiknya menambahkan lebih banyak serat ke dalam makanan Anda, atau konsultasi dengan dokter tentang suplemen probiotik bisa membantu anda untuk hidup lebih sehat.

  1. Masalah Pencernaan Dapat Sebabkan Masalah pada Usus

Tubuh manusia dapat pulih dari sembelit yang disebabkan oleh stres, namun lain halnya jika stres bisa memicu penyakit kronis.

Baca Juga: 4 Manfaat Memelihara Kucing untuk Kesehatan, Salah Satunya Mencegah Depresi

Bahkan dilaporkan, seiring dengan berjalannya waktu, stres tidak hanya menghambat sistem pencernaan, tetapi juga dapat merusak organ dalam secara serius, salah satunya adalah melemahkan lapisan usus.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Journal of Physiology and Pharmacology menjelaskan jumlah kerusakan ini.

Dalam jurnal tersebut dikatakan bahwa stres kronis dikaitkan dengan berbagai gangguan usus, seperti radang usus, iritasi usus, refluks gastroesofagus (GERD), dan perubahan negatif pada mikrobioma yang ada pada saluran usus.

Halaman:

Editor: Siti Lailatil Mukarromah

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah